Jumat, 09 November 2018

JURNAL MANAJEMEN RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI

MANAJEMEN RISIKO DALAM PROYEK KONSTRUKSI

JURNAL


ABSTRAK

              Risiko adalah variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami atau kemungkinan terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan yang merupakan ancaman terhadap properti dan keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi. Manajemen risiko merupakan Pendekatan yang dilakukan terhadap risiko yaitu dengan memahami, mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko suatu proyek. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui tentang manajemen risiko pada proyek konstruksi. Metode yang digunakan adalah studi literatur tentang manajemen risiko pada proyek konstruksi dengan mengacu kepada teori-teori yang relevan. Hasil studi menunjukkan bahwa manajemen risiko sangat penting dilakukan bagi setiap proyek konstruksi untuk menghindari kerugian atas biaya, mutu dan jadwal penyelesaian proyek.


Melakukan tindakan penanganan yang dilakukan terhadap risiko yang mungkin terjadi (respon risiko) dengan cara : menahan risiko (risk retention), mengurangi risiko (risk reduction), mengalihkan risiko (risk transfer), menghindari risiko (risk avoidance).
Kata Kunci : Manajemen resiko, proyek konstruksi.



1.           Pendahuluan
                   Proyek konstruksi merupakan suatu bidang yang dinamis dan mengandung risiko. Risiko dapat memberikan pengaruh terhadap produktivitas, kinerja, kualitas dan dan batasan biaya dari proyek.
              Risiko dapat dikatakan merupakan akibat yang mungkin terjadi secara tak terduga. Walaupun suatu kegiatan telah direncanakan sebaik mungkin, namun tetap mengandung ketidakpastian bahwa nanti akan berjalan sepenuhnya sesuai rencana.
              Risiko pada proyek konstruksi bagaimanapun tidak dapat dihilangkan tetapi dapat dikurangi atau ditransfer dari satu pihak kepihak lainnya (Kangari, 1995). Bila risiko terjadi akan berdampak pada pada terganggunya kinerja proyek secara keseluruhan sehingga dapat menimbulkan kerugian terhadap biaya, waktu dan kualitas pekerjaan. Para pelaku dalam industri konstruksi sekarang ini makin menyadari akan pentingnya memperhatikan permasalahan risiko pada proyek-proyek yang ditangani, karena kesalahan dalam memperkirakan dan menangani risiko akan menimbulkan dampak negatif, baik langsung maupun tidak langsung pada proyek konstruksi. Risiko dapat menyebabkan pertambahan biaya dan keterlambatan jadwal penyelesaian proyek. Oleh karena besarnya dampak yang ditimbulkan, maka tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui manajemen risiko pada proyek konstruksi, dengan melakukan studi literatur yang mengacu kepada teori-teori yang relevan.
2.           Tinjauan Pustaka
2.1         Risiko
               Risiko merupakan variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami didalam suatu situasi (Fisk, 1997). Risiko adalah ancaman terhadap kehidupan, properti atau keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi (Duffield & Trigunarsyah, 1999). Secara umum risiko dikaitkan dengan kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan (Soeharto, 1995).
              Jadi risiko adalah variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami atau kemungkinan terjadinya peristiwa diluar yang diharapkan yang merupakan ancaman terhadap properti dan keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi.  
              Secara umum risiko dapat diklasifikasikan menurut berbagai sudut pandang yang tergantung dari dari kebutuhan dalam penanganannya (Rahayu, 2001) :
1)    Risiko murni dan risiko spekulatif (Pure risk and speculative risk) Dimana risiko murni dianggap sebagai suatu ketidakpastian yang dikaitkan dengan adanya suatu luaran (outcome) yaitu kerugian. Contoh risiko murni kecelakaan kerja di proyek. Karena itu risiko murni dikenal dengan nama risiko statis. Risiko spekulatif mengandung dua keluaran yaitu kerugian (loss) dan keuntungan (gain). Risiko spekulatif dikenal sebagai risiko dinamis. Contoh risiko spekulatif pada perusahaan asuransi jika risiko yang dijamin terjadi maka pihak asuransi akan mengalami kerugian karena harus menanggung uang pertanggungan sebesar nilai kerugian yang terjadi tetapi bila risiko yang dijamin tidak terjadi maka perusahaan akan meperoleh keuntungan.
2)    Risiko terhadap benda dan manusia, dimana risiko terhadap benda adalah risiko yang menimpa benda seperti rumah terbakar sedangkan risiko terhadap manusia adalah risiko yang menimpa manusia seperti risiko hari tua, kematian dsb.
3) Risiko fundamental dan risiko khusus (fundamental risk and particular risk). Risiko fundamental adalah risiko yang kemungkinannya dapat timbul pada hampir sebagian besar anggota masyarakat dan tidak dapat disalahkan pada seseorang atau beberapa orang sebagai penyebabnya, contoh risiko fundamental: bencana alam, peperangan. Risiko khusus adalah risiko yang bersumber dari peristiwaperistiwa yang mandiri dimana sifat dari risiko ini adalah tidak selalu bersifat bencana, bisa dikendalikan atau umumnya dapat diasuransikan. Contoh risiko khusus: jatuhnya kapal terbang, kandasnya kapal dsb.
2.2         Jenis risiko
               Risiko-risiko yang terdapat pada proyek konstruksi sangat banyak, namun tidak semua risiko-risiko tersebut perlu diprediksi dan diperhatikan untuk memulai suatu proyek karena hal itu akan memakan waktu yang lama. Oleh karena itu pihak-pihak didalam proyek kontruksi perlu untuk memberi prioritas pada risiko-risiko yang penting yang akan memberikan pengaruh terhadap keuntungan proyek.
              Risiko-risiko tersebut adalah (Wideman, 1992) :
1. External, tidak dapat diprediksi  (tidak dapat dikontrol):
       a).   Perubahan peraturan perundangundangan,
b).  Bencana alam : badai, banjir,   gempa bumi,
c).  Akibat kejadian pengrusakan dan sabotase,
d).   Pengaruh lingkungan dan sosial, sebagai akibat dari proyek,
e)    Kegagalan penyelesaian proyek
2. External, dapat diprediksi (tetapi tidak dapat dikontrol):
       a).   Resiko pasar,
b). Operasional (setelah proyek selesai),
       c).   Pengaruh lingkungan,
       d).   Pengaruh sosial,
       e).   Perubahan mata uang,
       f).    Inflasi,
       g). Pajak
3.    Internal, non-teknik (tetapi umumnya dapat dikontrol):
       a).   Manajemen,
       b)    Jadwal yang terlambat,
       c).   Pertambahan biaya,
       d).   Cash flow,
       e).   Potensi kehilangan atas manfaat dan keuntungan
 4.          Teknik (dapat dikontrol):
       a).   Perubahan teknologi,
       b) Risiko-risiko spesifikasi atas teknologi proyek,  
       c)    Desain
5.         Hukum, timbulnya kesulitan akibat dari :
       a).   Lisensi,
       b).   Hak paten,
       c).   Gugatan dari luar,
       d).   Gugatan dari dalam,
       e).   Hal-hal tak terduga
              Menurut Flanagan & Norman (1993), risiko-risiko dalam proyek konstruksi adalah :
a. Penyelesaian yang gagal sesuai desain yang telah ditentukan/penetapan waktu konstruksi
b. Kegagalan untuk memperoleh gambar perencanaan, detail perencanaan/izin dengan waktu yang tersedia.
c.    Kondisi tanah yang tak terduga
d. Cuaca yang sangat buruk.
e.    Pemogokan tenaga kerja.
f.     Kenaikan harga yang tidak terduga untuk tenaga kerja dan bahan.
g.    Kecelakaan yang terjadi dilokasi yang menyebabkan luka.
h. Kerusakan yang terjadi pada struktur akibat cara kerja yang jelek.
i.     Kejadian tidak terduga (banjir, gempa bumi, dan lain–lain)
j. Klaim dari kontraktor akibat kehilangan dan biaya akibat keterlambatan produksi karena detail desain oleh tim desain.
k. Kegagalan dalam penyelesaian proyek dengan budget yang telah ditetapkan.
               Sumber–sumber risiko (Flanagan & Norman, 1993) :
1).   Timbulnya inflasi,
2).  Kondisi tanah yang tidak terduga, 3).      Keterlambatan material,
4).   Detail desain yang salah, seperti ukuran yang salah dari gambar yang dibuat oleh arsitek,
5) Kontraktor utama tidak mampu membayar/bangkrut,
 6) Tidak ada koordinasi
2.3.        Proyek konstruksi
              Proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek serta jelas waktu awal dan akhir kegiatannya. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, ada suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait baik secara langsung maupun tidak langsung.
              Menurut Ervianto( 2002), proyek konstruksi mempunyai tiga karakteristik yang dapat dipandang secara tiga demensi yaitu :
1).   Bersifat unik : tidak pernah terjadi rangkaian kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek yang identik, yang ada adalah proyek sejenis), proyek bersifat sementara dan selalu melibatkan grup pekerja yang berbeda-beda
2). Dibutuhkan sumber daya : setiap proyek konstruksi membutuhkan sumber daya yaitu tenaga kerja, uang, peralatan, metode dan material.
3) Organisasi : setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan di dalamnya terlibat sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menyatukan fisi menjadi satu tujuan yang ditetapkan organisasi.
              Dalam proses mencapai tujuan proyek telah ditentukan tiga batasan/kendala (triple constraint) yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, mutu dan jadwal yang harus dipenuhi.
3.           Pembahasan
              Manajemen risiko merupakan Pendekatan yang dilakukan terhadap risiko yaitu dengan memahami, mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko suatu proyek. Kemudian mempertimbangkan apa yang akan dilakukan terhadap dampak yang ditimbulkan dan kemungkinan pengalihan risiko kepada pihak lain atau mengurangi risiko yang terjadi. Manajemen risiko adalah semua rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan risiko yaitu perencanaan (planning), penilaian (assessment), penanganan (handling) dan pemantauan (monitoring) risiko (Kerzner, 2001).
              Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali risiko dalam sebuah proyek dan mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan menghindarinya, dilain sisi juga harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang yang ada (Wideman, 1992).

3.1             Identifikasi risiko
              Untuk mengidentifikasi risiko, pertanyaan yang perlu dijawab adalah siapa yang terlibat dalam penilaian risiko dan mengapa? Jenis risiko apa yang mempengaruhi suatu proyek?.
              Sumber-sumber utama timbulnya risiko yang umum untuk setiap proyek konstruksi, menurut Duffield dan Trigunarsyah (1999) adalah :
•      Fisik : kerugian atau kerusakan akibat kebakaran, gempa bumi, banjir, kecelakaan dan tanah longsor
•      Lingkungan : kerusakan ekologi, polusi dan pengolahan limbah, penyelidikan keadaan masyarakat
•      Perancangan :
       a)    Teknologi baru, aplikasi baru, ketahanan uji dan keselamatan,
       b)    Rincian, ketelitian dan kesesuain spesifikasi,
c)    Risiko perancangan yang  timbul dari pengukuran dan penyelidikan,
       d)    kemungkinan perubahan terhadap rancangan yang telah disetujui,
e) Interaksi rancangan dengan metode konstruksi
•      Logistik :
a) Kehilangan atau kerusakan material dan peralatan dalam perjalanan,
b) ketersediaaan sumber daya khusus,
       c)    pemisahan organisasi
•      Keuangan :
a)    ketersediaaan dana dan kecukupan asuransi,
b) penyediaan aliran kas yang cukup,
c) kehilangan akibat kontraktor, supplier
d)    fluktuasi nilai tukar dan inflasi,
e)    perpajakan,
f)     suku bunga,
g)    biaya pinjaman
•      Perundang-undangan : perubahan disebabkan perundang-undangan atau pemerintah
•      Keamanan properti intelektual
•      Hak atas tanah dan penggunaan
•      Politik :
  a)    Risiko politik dinegara pemilik proyek, supplier dan kontraktor, peperangan, revolusi dan perubahan hukum,
  b)              ketidakpastian dari kebijakan pemerintah
•      Konstruksi :
a)    kelayakan metode konstruksi, keselamatan,
b)    hubungan industrial,
c)    tingkat perubahan dari rancangan awal,
d)    cuaca,
e) kualitas dan ketersediaan manajemen dan supervisi,
f)     kondisi yang tersembunyi
 •     Operasional :
a) fluktuasi permintaan pasar terhadap produk dan jasa yang dihasilkan,
b)    kebutuhan perawatan,
c)    keandalan,
d)    keselamatan pelaksanaan,
e)    ketersediaan pabrik,
f)     manajemen.
       Jenis risiko yang terpenting bagi setiap pihak yang terlibat dalam sebuah proyek tergantung pada berbagai tahapan proyek dan peran serta tanggung jawab dari berbagai pihak.
4.               Kesimpulan
a). Dalam setiap proyek konstruksi sangat penting dilakukan manajemen risiko untuk menghindari kerugian atas biaya, mutu dan jadwal proyek.
b)    Manajemen risiko merupakan Pendekatan yang dilakukan terhadap risiko yaitu dengan memahami, mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko suatu proyek. Kemudian mempertimbangkan apa yang akan dilakukan terhadap dampak yang ditimbulkan dan kemungkinan pengalihan risiko kepada pihak lain atau mengurangi resiko yang terjadi.
c) Penilaian risiko yang dilakukan meliputi : Identifikasi risiko, memahami kebutuhan atau mempertimbangkan risiko, menganalisis dampak dari risiko tersebut/evaluasi risiko.

5.           Daftar Pustaka
Duffield,    C & Trigunarsyah, B. 1999. Project ManagementConception to Completion. Engineering Education Australia. (EEA). Australia.
Ervianto,    A.U dan Joshua, M. (2001). Manajemen Proyek Konstruksi. Andi, Yogyakarta
Fisk,           E.R.1997. Construction Project Administration Fifth Edition. Prentice Hall. New Jersey.
Flanagan,    R & Norman, G.1993, Risk Management and Construction. Blackwell Science, London.
Kangari,     R. 1995. Risk Management Perceptions and Trends of U.S. Construction. Journal of Construction Engineering and Management. ASCE. December.
Kerzner,     H. 2001. Project Management. Seventh Edition. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Rahayu, P.H. 2001. Asuransi Contractor’s All Risk sebagai Alternatif Pengalihan Risiko Proyek Dalam Industri Konstruksi Indonesia. Seminar Nasional Manajement Konstruksi 2001. Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan. Bandung.
Soeharto,    I. 1995. Manajemen Proyek dari konseptual sampai operasional. Erlangga. Jakarta.
Well-Stam,
D Van, et.al., 2004. Project Risk Management: an essential tool for managing and controlling project, Kogan Page, London and Sterling VA.
Wideman, Max.R.1992. Project And Program Risk Management: A Guide To Managing Project Risk Opportunities. Project Management Institu











MAKALAH MANAJEMEN KONSTRUKI TEKNIK SIPIL

MAKALAH
MANAJEMEN KOSNTRUKSI

NAMA : SITI RODIAH


BAB 1
PENDAHULUAN

1.           LATAR BELAKANG
              Proyek adalah bentuk usaha dalam mencapai tujuan yang ditentukan dan dibatasi oleh waktu dan juga sumber daya yang terbatas. Sehingga proyek konstruksi, yaitu suatu upaya untuk mendapatkan hasil yang dirubah menjadi bangunan atau infrastruktur. Infrastruktur atau bangunan ini mencakup beberapa pekerjaan utama yang termasuk di dalamnya bidang teknik sipil/engineer dan arsitektur/designer(perencana), juga dapat melibatkan disiplin ilmu pengetahuan lainnya seperti akutansi/keuangan, teknik mesin, teknik industri dan elektro.
              Lebih dalam dari Manajemen Proyek Konstruksi, suatu proses penerapan fungsi/kegunaan manajemen seperti perencanaan, pelaksanaan dan penerapan. Dimana berjalan secara sistimatis pada setiap bagian–bagian tersebut terdapat pada proyek, dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada secara efisien dan efektif agar tercapai tujuan proyek tersebut dengan benar.
              Manajemen Konstruksi membawahi mutu fisik dari konstruksi, biaya dan waktu. Dimana manajemen tenaga kerja/sumber daya manusia dan manjemen material  lebih ditekankan dan digunakan. Karena pada Manajemen Konstruksi 20% dari manajemen perencanaan berperan dan sisanya yaitu manajemen pelaksanaan termasuk didalamnya pengendalian biaya dan waktu proyek mendapatkan bagian yang lebih besar.





2.            RUMUSAN MASALAH
1.    Bagaimanakah  makna sebenarnya dari menejemen proyek konstruksi itu sendiri?
2.    Seperti apakah tujuan dari menejemen proyek dalam pelaksanaan menejemen konstruksi?Apa saja pembentuk – pembentuk dari menejemen proyek mengingat peranaannya sebagai menejemen konstruksi?
3.    Seperti apakah peranan manajemen konstruksi pada tahapan proyek?
4.    Seperti apakah tahapan siklus proyek konstruksi?
5.    Seperti apakah karakteristik siklus proyek dalam menejemen konstruksi?

3.            TUJUAN
1.    Mengetahui makna dari menejemen proyek konstruksi itu sendiri.
2.    Mengetahui apakah tujuan sebenarnya  dari menejemen proyek dalam pelaksanaan menejemen konstruksi.
3.    Mengerti akan apa saja pembentuk–pembentuk dari menejemen proyek mengingat peranaannya sebagai menejemen konstruksi?
4.    Mengetahui peranan manajemen konstruksi pada tahapan proyek.
5.    Mengetahui seperti apakah tahapan siklus proyek konstruksi.
6.    Mengetahui apakah karakteristik siklus proyek dalam menejemen konstruksi







BAB 2
PEMBAHASAN

2.1.         MAKNA MANAJEMEN KONSTRUKSI
               Manajemen konstruksi adalah bagaimana sumber daya yang terlibat dalam proyek dapat diaplikasikan secara tepat. Sumber daya dalam proyek konstruksi dikelompokkan menjadi 5, yaitu:
1.    Manpower
2.    Material
3.    Machines
4.    Money
5.    Method
Manajemen telah banyak disebut sebagai “seni untuk merealisasikan pekerjaan melalui orang lain”. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajemen mencapai tujuan organisasi melalui pengaturan orang lain untuk melaksanakan berbagai pekerjaan yang diperlukan, atau dengan kata lain tidak melakukan pekerjaan – pekerjaan itu sendiri.
Manajemen memang mempunyai pengertian lebih luas dari pada itu, tetapi definisi tersebut memberikan kenyataan bahwa manajemen terutama mengelola sumber daya manusia, bukan material atau finansial. “We are Managing Human Resources”. Selain manajemen mencakup fungsi perencanaan (penetapan apa yang akan dilakukan), pengorganisasian (perancangan dan penugasan kelompok kerja), penyusun personalia (penarikan, seleksi, pengembangan pemberian kompensasi dan penilaian prestasi kerja), pengarahan (motivasai, kepemimpinan, integritas, dan pengelolaan konflik) dan pengawasan. Pengertian manajemen begitu luas, sehingga dalam kenyataannya tidak ada definisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Seperti yang dikemukakan oleh Stoner sebagai berikut :“Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.”
               Dari definisi di atas terlihat bahwa Stoner telah menggunakan kata proses bukan seni. Mengartikan manajemen sebagai seni mengandung arti bahwa hal itu adalah kemampuan dan keterampilan pribadi. Suatu proses adalah cara sistematis untuk melakukan pekerjaan. Manajemen didefinisikan sebagai proses karena semua manajer, tanpa memperdulikan keahlian atau keterampilan khusus mereka. Harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Proses tersebut terdiri dari kegiatan-kegiatan manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan.

2.2.         TUJUAN MANAJEMEN KONSTRUKSI
Tujuan Manajemen Konstruksi adalah mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan pula mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan waktu pelaksanaan.
              Dalam rangka pencapaian hasil ini selalu diusahakan pelaksanaan pengawasan mutu (Quality Control), pengawasan biaya (Cost Control)dan pengawasan waktu pelaksanaan (Time Control). Penerapan konsep manajemen konstruksi yang baik adalah mulai tahap perencanaan, namun dapat juga pada tahap–tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap–tahap proyek sebagai berikut:
1.    Manajemen Konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek.
2.    Pengelolaan proyek dengan sistem MK, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan – masukan dan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh   tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan         dan penyerahan proyek.
3.    Tim Manajemen Konstruksi sudah berperan sejak awal desain, pelelangan dan pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak mulai dari tahap desain.
4.  Tim Manajemen Konstruksi akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan desain sampai proyek selesai, apabila manajemen             konstruksi dilaksanakan setelah tahap desain.
5.   Manajemen Konstruksi berfungsi sebagai koordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan fungsi pengendalian atau pengawasan, apabila manajemen          konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan menekankan            pemisahan kontrak – kontrak pelaksanaan untuk kontraktor.


2.3.        PEMBENTUK MANAJEMEN KONSTRUKSI
              yang berupa Komponen-komponen sistem unsur atau subsistem terkait satu dengan yang lain dalam suatu rangkaian yang membentuk sistem fungsi dan efektifitas sistem dalam usaha mencapai tujuannya tergantung dari ketepatan susunan rangkaian atau struktur terhadap tujuan yang telah ditentukan, yaitu:
1.    Bersifat Dinamis.
Sistem menunjukan sifat yang dinamis, dengan perilaku tertentu. Perilaku sistem         umumnya dapat diamati pada caranya mengkonversikan input menjadi output.
2.    Sistem Terpadu Lebih Besar Daripada Jumlah Komponen-komponennya.
Bila elemen atau bagian tersebut tersusun atau terorganisir secara benar, maka           akan terjalin satu sistem terpadu yang lebih besar dari pada jumlah bagiannya.
3.    Mempunyai Arti yang Berbeda.
Satu sistem yang sama mungkin dipandang atau diartikan berbeda, tergantung          siapa yang mengamatinya dan untuk kepentingan apa. Salah satu tanda keberadaan sistem adalah adanya tujuan atau sasaran yang jelas. Umumnya identifikasi tujuan merupakan langkah awal untuk mengetahui perilaku suatu sistem dan bagiannya.    
4.    Mempunyai Keterbatasan.
Disebabkan oleh faktor luar dan dalam. Faktor luar berupa hambatan dari      lingkungan, sedangkan faktor dari dalam adalah keterbatasan sumber daya
  

2.4.        PERANAN MANAJEMEN KONSTRUKSI
2.4.1.     Peranan Manajemen Konstruksi pada Tahapan Proyek
              Agency Construction Manajement (ACM). Pada sistem ini konsultan manajemen konstruksi mendapat tugas dari pihak pemilik dan berfungsi sebagai koordinator penghubung antara perancangan dan pelaksanaan serta antar para kontraktor. Konsultan MK dapat dilibatkan mulai dari fase perencanaan tetapi tidak menjamin waktu penyelesaian proyek, biaya total serta mutu bangunan. Pihak pemilik mengadakan ikatan kontrak langsung dengan beberapa kontraktor sesuai dengan paket-paket pekerjaan yang telah disiapkan.
              Extended Service Construction Manajemen (ESCM). Jasa konsultan MK dapat diberikan oleh pihak perencana atau pihak kontraktor. Apabila perencana melakukan jasa Manajemen Konstruksi, akan terjadi “konflik-kepentingan” karena peninjauan terhadap proses perancangan tersebut dilakukan oleh konsultan perencana itu sendiri, sehingga hal tersebut akan menjadi suatu kelemahan pada sistem ini. Pada tipe yang lain kemungkinan melakukan jasa Manajemen Konstruksi berdasarkan permintaan Pemilik ESCM/Kontraktor.
              Owner Construction Management (OCM). Dalam hal ini pemilik mengembangkan bagian manajemen konstruksi profesional yang bertanggung jawab terhadap manajemen proyek yang dilaksanakan. Guaranted Maximum Price Construction Management (GMPCM), konsultan ini bertindak lebih kearah kontraktor umum daripada sebagai wakil pemilik. Disini konsultan GMPCM tidak melakukan pekerjaan konstruksi tetapi bertanggung jawab kepada pemilik mengenai waktu, biaya dan mutu. Jadi dalam Surat Perjanjian Kerja/ Kontrak konsultan GMPCM tipe ini bertindak sebagai pemberi kerja terhadap para kontraktor (sub kontraktor).
              Manajemen konstruksi juga dapat diartikan sebagai sebuah model bisnis yang dilakukan oleh konsultan konstruksi dalam memberi nasihat dan bantuan dalam sebuah proyek pembangunan. Construction Management Association of America (CMAA) menyatakan bahwa ada 7 kategori utama tanggung jawab seorang manajer konstruksi, yaitu perencanaan proyek manajemen, manajemen harga, manajemen waktu, manajemen kualitas, administrasi kontrak, manajemen keselamatan, dan dan praktek profesional.
2.4.2.     Peranan Manajemen Konstruksi dalam Industri Konstruksi
Peranan Manajemen Konstruksi dalam Industri Konstruksi adalah layanan yang sangat baik yang disediakan untuk mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh proses konstruksi. Sebagai manajer proyek konstruksi akan menangani semua tahap konstruksi proyek anda. Pada tahap pra-konstruksi, kita akan melakukan semua yang diperlukan studi kelayakan dan penelitian. Kemudian datang desain dan perencanaan. Setelah spesifikasi arsitektur dan tujuan penjadwalan yang didefinisikan dengan baik, pekerjaan dilanjutkan oleh pembangun dan kontraktor untuk memulai membangun aktual bawah pengawasan yang ketat. Menekankan pada independen dari para profesional lain yang terlibat dalam konstruksi. Netralitas ini memungkinkan untuk secara objektif dan tidak memihak menyarankan klien pada pilihan konsultan dan kontraktor, yang memungkinkan klien untuk mendapatkan manfaat maksimal.









2.5.        Tahapan Siklus Proyek Konstruksi
Siklus hidup proyek adalah tahap-tahapan yang saling berhubungan mulai awal kegiatan proyek sampai akhir kegiatan proyek (PMI, 2004). Mengingat suatu proyek bersifat unik, maka akan selalu dijumpai  masalah ketidakpastian. Dalam pelaksanaan  suatu proyek biasanya dilaksanakan dalam beberapa tahap. Tahap-tahap pelaksanan proyek dikenal dalam istilah siklus  hidup proyek.
2.5.1.     Karakteristik Tahapan Suatu Proyek
              Tiap-tiap tahapan suatu proyek ditandai dengan  penyelesaian satu atau lebih deliverables. Suatu deliverables bersifat terukur, misalnya studi kelayakan, detail-detail suatu desain atau pekerjaan suatu prototype. Deliverables. dan karenanya suatu tahapan  merupakan bagian dari urutan-urutan umum dari desain yang logis untuk menjamin definisi produk atau proyek yang sesuai. Dapat disimpulkan bahwa tahapan proyek  umumnya ditandai dengan tinjauan ulang (review) terhadap dua kunci utama deliverables dan unjuk kerja proyek yaitu:
a.    Menentukan kapan proyek dilanjutkan ketahap berikutnya
b.    Mendeteksi dan membetulkan kesalahan dalam analisis biaya secara efektif.
              Tahap atau tinjauan akhir ini sering disebut fase exist (tahap pengadaan), stage gates (gerbang langkah) or kill points (titik berbahaya). Setiap tahap proyek secara umum meliputi seperangkat rencana definisi deliverables  untuk menetapkan tingkat pengawasan manajemen yang diinginkan. Kebanyakan tahap-tahap ini berhubungan deliverable tahap pertama, dan tahapan berikutnya seperti analisis kebutuhan (requirwements), desain (design), membangun (built), uji coba (test),  memulai (startup),  penyerahan (turnover),  dan sebagainya.

2.5.2.     Siklus dan Proses Sistem dalam Manajemen.
Aspek penting dari pendekatan sistem terletak pada siklus sistem dan prosesnya, yaitu perubahan teratur yang mengikuti pola dasar tertentu dan terjadi selama sistem masih aktif. Penahapan dalam siklus sistem, proses mewujudkan sistem untuk keperluan operasi atau produksi sampai siklus sistem berhenti berfungsi dikelompokan menjadi beberapa tahap yang dibedakan atas jenis kegiatan yang dominan yaitu siklus sistem dan siklus biaya.
Dalam rangka mewujudkan gagasan menjadi kenyataan fisik, maka perlu penilaian menyeluruh terhadap sistem yang bersangkutan. Yang dinilai adalah karakteristik sistem yang dijabarkan sebagai parameter, spesifikasi,dan kriteria terhadap biaya yang diperlukan.
Siklus biaya (life cycle cost), mencakup semua biaya yang diperlukan selama periode siklus sistem, yaitu dari penelitian dan pengembangan, desain engineering, manufaktur dan kontruksi, sampai pada operasi atau produksi atau utilisasi dan pemeliharaan.


2.6.        Karakteristik Siklus Proyek
Siklus proyek menyajikan tentang definisi kegiatan proyek dari awal sampai akhir.  Siklus proyek akan menentukan apakah kegiatan studi kelayakan  diperlukan sebagai tahap awal proyek atau bagian yang terpisah dari proyek. Siklus proyek  juga menentukan apakah tindakan transisi pada awal dan akhir proyek, termasuk kegiatan proyek atau tidak.
Dalam hal ini siklus proyek dapat digunakan sebagai penghubung antara dengan kegiatan operasional untuk  membentuk organisasi proyek. Siklus Proyek umumnya mendefinisikan tentang hal-hal berikut : kegiatan  teknis apakah yang akan dikerjakan (misalnya apakah bagian arsitek termasuk dalam tahap definisi atau bagian dari tahap pelaksanaan). Kapan deliverable akan dihasilkan pada setiap phase dan bagian setiap deliverable direview, diferivikasi dan falidasi. Siapakah yang akan terlibat dalam setiap tahap proyek. Bagaimana melakukan pengawasan dan menyetujui kegiatan tiap tahap.
Siklus proyek dapat bersifat umum dan bersifat detail. Deskripsi siklus proyek yang tertalalu  detail  memiliki berbagai bentuk, bagan dan ceklist untuk menunjukkan  struktur dan konsistensi pelaksanaan proyek.  Siklus proyek yang detail sering disebut dengan metodologi manajemen. Kebanyakan  siklus proyek   memiliki sejumlah karakteristik umum yaitu:
1.    Penggunaan biaya dan staf /tenaga kerja pada awal  rendah dan bertambah tinggi kearah akhir, dan  langsung rendah/turun  pada tahap akhir.
2.    Kemungkinan kesuksesan pelaksanan proyek rendah, dan risiko  ketidakpastian  tinggi pada awal proyek. Kemungkinan kesuksesan pelaksanaan proyek  umumnya  akan nampak pada  tahap pelaksanaan proyek selanjutnya.
3.    Kemampuan stakeholder  untuk mempengaruhi  karakteristik  final produk dan biaya final proyek  sangat tinggi pada saat awal dan langsung menurun/rendah pada  setelah proyek berjalan. Konstribusi utama pada fenomena ini adalah perubahan biaya dan koreksi kesalahan umumnya meningkat saat proyek berlangsung.
4.    Representasi Siklus Proyek
Contoh berikut dapat dijadikan contoh beberapa model siklus proyek  yang sering digunakan. Proyek depertemen Pertahanan AS (April 2000)  tahapan siklus proyek dilakukan sebagai berikut:
      a.   Tahap studi kelayakan (feasibility), tahap ini meliputi kegiatan:  perumusan proyek, studi kelayakan, strategi perencanaan dan persetujuan. Keputusan  untuk melajutkan atau tidak proyek yang akan dibuat  dilakukan pada akhir tahap ini.
      b.   Perencanaan dan desain (planning and design), tahap ini meliputi kegiatan  pembuatan desain utama (base design), pembiayaan dan penjadwalan,  masalah kontrak dan  pembuatan detail perencanaan. Penyelesaian kontrak dilakukan dalam akhir tahap ini.
      c.   Tahap konstruksi (constraction), tahap ini meliputi  manufacturing (penyiapan mesin), penyerahan, pekerjaan sipil, pemasangan mesin-mesin dan uji coba.  Semua fasilitas harus sudah lengkap dan sempurna pada akhir tahap ini.
      d.   Tahap akhir dan mulai operasi (turnover and startup), tahap ini meliputi: uji coba akhir dan perawatan. Pada akhir tahap ini semua fasilitas harus sudah dapat bekerja secara penuh.






BAB 3
PENUTUP

3.1.        Kesimpulan      
          Dari sekian banyak pembahasan yang tertera di atas maka dapat kita simpulkan bahwa manajemen proyek sangat lah penting dalam suatu menejemen konstruksi dimana dengan proyek konstruksi yang se rumit dan sebesar itu tentunya di perlukan suatu alat yang berguna dalam pengaturan jalanya proyek tersebut yang disebut menejemen proyek konstruksi. Tujuan Manajemen Konstruksi untuk mengelola fungsi manajemen atau mengatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan. Pembentuk Manajemen Konstruksi yaitu bersifat dinamis, memiliki sistem yang terpadu, mempunyai peranan yang berbeda dan mempunyai keterbatasan. Tahapan Siklus Proyek Konstruksi itu ada 2 kegiatan yaitu siklus sistem dan siklus biaya. Karakteristik siklus proyek dalam manajemen konstruksi yaitu penggunaan biaya, kemungkinan kesuksesaan, kemampuan stakeholder untuk mempengaruhi karakteristik final produk dan representasi siklus proyek.
3.2.      Saran
              Mengingat begitu pentingnya dan sentralnya menejemen proyek posisinya dalam menejemen konstruksi maka di sarankan agar melakukan persiapan sematang-matangnya dalam melakukan perencanaan menejemen karena kalau adanya kesalahan manajemen maka akan gagal total lah suatu proyek tersebut.




DAFTAR PUSTAKA

http://makalahtekniksipil.blogspot.co.id/2012/01/manajemen- konstruksi.html
http://architectaria.com/planning-scheduling-and-project-operation-with- barchart-and-s-curve-perencanaan-penjadwalan-dan-pengendalian-proyek-           denganbar-chart-dan-s-curve.html
https://karniadewi.wordpress.com/2013/03/11/manajemen-konstruksi/

http://yooungengineer.blogspot.co.id/2013/08/makalah-menejemen- konstruksiproyek.html